Menyambut Tahun Baru Di Loksado

Tahun baru indentik dengan Kembang Api, tak terkecuali dengan tahun  2012. Di mana-mana sudah banyak orang yang berjualan kembang api di pinggir jalan. Namun kali ini saya sudah bosan karena setiap pergantian tahun langit selalu penuh oleh kembang api dan ingin mencari suasana yang berbeda. Loksado akhinya jadi pilihan untuk menghabiskan tahun 2012  dan ini rencana mendadak dan tanpa persiapan, namun hal itu tidak jadi masalah karena saya sudah sering ke Loksado.
Persiapan Balanting Paring

Perjalanan ke loksado kali ini saya bersama cewek  special, kekasih saya datang secara dadakan juga untuk merayakan pergantian tahun dan juga ini pertamakalinya tahun baruan bareng pacar.Dia datang dari Surabaya dengan penerbangan pertama jadi saya pagi-pagi sudah standby menunggu di Bandara.
Akhirnya ketemu lagi, maklum sekian tahun mejalani LDR jadi jarang ketemu dan lebih sering jalan bareng karena memang sama-sama hobi jalan. Keluar dari bandara kita terlebih dahulu mencari sarapan di depan Bandara Syamsuddin Noor sambil menunggu angkot, namun namanya angkot bandara di pagi hari sangat jarang ada yang lewat. Akhirnya ojek menjadi pilihan dengan tarif Rp. 5.000 kita diantar kedepan persimpangan walau rasanya agak menyesal juga karena tidak terlalu jauh kalau berjalan.
Dari persimpangan kita menunggu angkutan menuju Kota Kandangan. Sekedar informasi di Kalimantan Selatan tidak ada Bus antar kabupaten dan yang ada hanya antarProvinsi ke Kalteng dan Kaltim,  angkutan umum menuju kota-kota kabupaten seperti Martapura, Rantau, Kandangan, Barabai, Amuntai, Paringin dan Tanjung adalah sejenis Elf Colt L300 dan biasanya masyarakat menyebutnya dengan Taksi Kol. Ada beda penyebutan untuk Taksi yang biasa di kenal pakai Argo di sini di sebut taksi argo sedangkan untuk angkot sering disebut Taksi Kuning karena angkot di Banjarmasin umumnya berwarna kuning.
Peserta Bamboo Rafting
Untuk menuju Kandangan, Ibu Kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan kita bisa naik L300  jurusan Kota  Kandangan itu sendiri, namun juga bisa naik jurusan Kota Barabai, Amuntai atau Tanjung sebelum kota-kota tersebut terlebih dahulu melalui kota Kandangan. Tarif sampai Kota Kandangan adalah Rp. 30.000 minta diturunkan di terminal kota atau persimpangan menuju Loksado.
Setelahperjalanankuranglebih 3 jam akhirnya kami sampai di Kandangan, dari  terminal kita naik becak menuju lokasi mangkalnya angkot ke Loksado, namun ternyata sudah berangkat, yang ada hanya angkot arah loksado namun tidak sampai ke Desa Loksadonya. Akhirnya kita pun minum-minum di warung sambil berfikir dan setelah ngobrol-ngobrol ada bapak yang akan pulang ke Loksado dan kita diajak untuk ikut dengan mobilnya, Alhamdulillah…
Anak-anak Loksado
Perjalanan menuju Loksado menjadi Tak terasa dengan mobil Fortuna baru punya Abah Isur  yang kita tumpangi, ternyata beliau adalah kepala sekolah di Loksado, lulusan S2 di Universitas Airlangga di  Surabaya, sama seperti orang di samping saya namun dia Cuma S1 nya,  dan beliau adalah salah satu tokoh masyarakat dayak di Loksado.
Sampai di Loksado kami di turunkan di depan wisma langganan saya kalau sama tamukeLoksado, dan langsung beristirahat setelah seharian di Jalan. Sora harinya kita berjalan-jalan melihat persiapan acara Balanting Paring yang ternyata akan dilaksanakan besok hari, acara ini merupakan acara tahunan yang di adakan di akhir tahun, acaranya naik rakit bamboo atau yang juga disebut Bamboo Rafting di Loksado menuju kota Kandangan selama dua hari dan bermalam di rest poin yang telah ditentutukan oleh panitia. Setiap regu yang terdiri dari 3-4 orang berada dalam satu rakit dankita tidak perlu capek-capek mengendalikan rakit bamboo di derasnya aliran sungai Amandit karena dengan biaya pendaftaran Rp. 500.000 sudah lengkap rakit dengan Jokinya. Dan informasinya sebelum memasuki Kota Kandangan akan ada rombongan penganten yang di arak di atas rakit, saying sekali saya terlambat mendapatkan informasi ini.
Foto Keluarga :-)
Di pagi tanggal 31 Desember, hari terakhir di tahun 2011 tampak para peserta  “Balanting Paring” telah bersiap-siap, yang dekat di sekitar Kandangan datang dini hari tadi sedangkan yang dari jauh seperti Banjarmasin sudah datang kemaren sore dan tadi malam, sebagian dari mereka telah membagun tenda sejak kemaren. Ternyata Dillah dan Siti juga sudah datang kesini, jadi tambah teman buat bersantai di Loksado, siang hari nanti akan datang lagi Anas dengan tamunya dan tampaknya banyak anggota Banjarmasin Traveler yang ngumpul di Loksado.
Satu-persatu peserta “Balanting Paring” meninggalkan desa Loksado di atas Bambu yang di ikat menjadi satu. Jembatan Gantung yang banyak di Loksado merupakan tempat yang pas untuk melihat dan memotret acara tahunan ini, bahkan ada fotografer dengan gear fotografinya yang “wah” sampai naik keatas tiang jembatan untuk mencari angel yang tepat. Setelah semua peserta berangkat kitapun kembali ke Wisma Alya untuk mandi, karena sebelumnya keluar tanpa mandi terlebih dahulu..:-), maklum pagi di loksado dinginnya minta ampun.
Kayu Manis
Dengan berjalan kaki kita menuju desa Malaris, sekitar 15 menit dari Desa Loksado, di sini ada rumah panjang atau yang disebut “Balai” dan hanya digunakan ketika ada upacara adat seperti Aruh ganal yang biasanya dilaksanakan tiga kali dalam satu tahun. Untuk masuk desa Malaris dikenakan biaya masuk Rp. 2.000, di Pondok Informasi telah menunggu Dillah dengan Siti serta beberapa penduduk desa, setelah ngobrol-ngobrol sebentar kita berdua melanjutkan perjalanan menuju Air Malaris, namun di tengah perjalanan saya melihat seorang bapak yang sedang menebang pohon dan ternyata yang ditebang itu adalah pohon kayu manis yang sudah dikuliti, di dalam pondok tampak istrinya yang sedang mengikis lapisan kulit luar kayu manis tadi untuk dibuat seperti kayu manis yang sampai ke tangan kita sekarang dengan dijemur terlebih dahulu sebelumnya. 
Proses pembuatan Kayu Manis
Desa Malaris merupakan kayu manis di Kalimantan Selatan, bahkan berkat kerjasama dengan LSM sekarang kayu manis sudah diproduksi dalam bentuk sirup, yangdijual dengan harga Rp. 15.000 perbotol dan rasanya memang manis seperti kayu manis.
Untuk menuju air terjun kita cukup mengikuti jalan setapak kemudian menyebrang mengikuti Jembatan gantung, nah setlahjembatan gantung ada tiga pilihan jalan jembatan gantung ada tiga pilihan jalan yaitu lurus menuju desa-desa yang ada di dalam dan ke kiri kea rah bendungan kecil dan yang kea rah kananlah yang menuju air terjun.  Jalannyapun sudah disemen dengan rapi, namun tidak sampai ke air terjunnya dan untuk melanjutkan perjalan kita harus berjalan di pinggir sungai melewati semak belukar yang lumayan licin ketika hujan. Air terjun ini  tidak setinggi air terjun Haratai, namun mempunyai sungai yang lebar dan pas untuk mandi sambil berendam.
Air Terjun Malaris
Selepas dari air terjun kitapun kembali ke Pondok informasi dan bersantai sambil rebahan di hari yang panas. Namun ide dari dari untuk untuk ke kebun buah membuat kita berngkat lagi, namun kali ini kita naik motor dengan pemuda desa di sana. Walaupun agak terlambat karena musim buah sudah hamper berakhir namun kita masih bisa menikmati sisanya. Yang masih tersisa benyak adalah buah Manggis, sedangkan buah Durian dan Cempedak tinggal kulitnya saja yang bergelimpangan di tanah walaupun ada nemu satu buah durian yang sebagian sudah dimakan binatang.
Kita kembali ke desa dengan jas hujan yang penuh dengan buah manggis, ditambah lagi dengan buah rambutan yang tinggal petik di seberang pondok informasi lengkaplah sudah menu pasta buah kita hari ini. Tak lama datangan seorang bula yang ingin menginap di pundok ini, ya Pondok Informasi di desa Malaris ini memang terbuka bagi backpacker yang ingin beristirahat dan tentunya dengan fasilitas yang seadanya, kitapun tidak dipungut bayaran hanya keikhlasan  kita saja.
Menembus derasnya Sungai amandit
Perut yang mulai keroncongan memaksa kita untuk kembalike desa Loksado untuk mencari makan karena di sini memang tidak ada yang menjual nasi. Dengan meminjam motor mereka kita berangkat, namun ketika di desa Loksado kita melihat anak-anak yang sedang asyik menghanyutkan diri di sungai dengan ban dalam bekas atau sering disebut dengan Donat Boat / tubing dan kita pun tertarik, setelah mengembalikan motor sayapun meminjam Ban Dalam yang agak besar di teman-teman Amandir Rafting.
Makan pertama di tahun 2012
Sebenarnya saya agak khawatir karena Lilik tidak bisa berenang, namun bermodalkan kenekatan akhirnyapun kita menceburkan diri dengan satu Ban yang agak besar dan cukup untuk dua orang, sesasi mengikuti arus dengan Donat Boat cukup memacu adrenalin, Karena kita hanya bisa mengikuti arus tanpa bisa mgendalikannya seperti Rafting dengan Perahu karet. Yang paling capek adalah pulangnya kita harus jalan kaki dari hilir sungai dan akhirnya kita hanya dua kali putaran karena selain capek jalan kaki pulangnya hari juga sudah semakin gelap.
Anas dan rombongan juga telah tiba di Loksado, dan malamnya kita kumpul di Base Camp amandit Rafting, operator rafting modern yang ada di Loksado. Kita ngobrol-ngobrol dengan pemiliknya dan bagaimana harapannya untuk pemngembangan wisata di Loksado kedepannya.
Tak ada petasan dan kembang api, hanya ada api unggun yang agak basah karena hujan sehingga membutuhkan bantuan minyak untuk menghidupkannya, setelah itu kita makan bersama untuk pertama kalinya di tahun 2012 yang diawali dengan pembacaan doa untuk kelancaran usaha yang baru dirintis ini. Tak lama hujan turun begitu derasnya sehingga kita tidak bisa pulang dan akhirnya merebahkan di disana hingga pukul dua kita terbangun karena tetangga ddi hotel seberang mau pulang, dan kitapun akhirnya ikut pulang juga.
Rafting Time
Hari terakhir di Loksado adalah Rafting Time. Dengan dua rakit berbarengan dengan Anas dan rombongan yaitu keluarganya Kak Yeni dari sampit. Karena berbarengan dengan musim hujan jadi arus sungai Amandit lumayan deras, sehingga kita berkali-kali terpercik oleh air ketika melewati arus yang deras, mendengar teriakan Raka dan Rafa dapat daya bayangkan betapa senangnya mereka. Untungnya dua rakit beriringan seperti ini adalah kita bisa saling memoto sehingga kita leluasa mengambil foto teman kita atau kita yang menjadi modelnya. Kurang lebih tiga jam akhirnya kita tiba di tempat tujuan.
Kita harus menunggu baju kita yang dititipkan di mobil mereka, dan walaupun pertamanya Cuma ingin menumpang ke Kota Kandangan Alhamdulillah kita diajak untuk sampai di Banjarmasin, dan di kota Kandangan kita di traktir untuk Makan masakan Banjar, ternyata setelah di Banjarbaru kita di ajak makan Lagi walau sebenarnya perut masih kenyang. Sesampainya di Banjarmasin kita mengucapkan Terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas bantuan Kak Yani dan Keluarga dan beristirahat.
Thanks to :
Allah SWT, Lilik, Pakapau, Fauzi / Abah Isur, Pak Sadri, Dillah, Siti, Anas, Kel. Kak Yeni, Teman-teman di Malaris dan Aamandit Rafting crew dan teman-teman di yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

3 komentar

Anonymous said...

penginapan di loksado biaya berapa?

ada yang Rp. 50rb, 130rb, sama 250rb...tergantung pilihan aja...

Sekali saja dulu sempat ke loksado, sayang belum mencoba lantingnya..