Snorkeling Trip ke Angsana

Kini masyarakat Kalimantan Selatan yang ingin merasakan sensasi berenang di antara terumbu karang bersama ikan yang warna-warni tak perlu jauh-jauh keluar Pulau Kalimantan, dengan hanya jarak tempuh sekitar 5 jam dari ibukota Provinsi Kalsel yaitu Kota Banjarmasin kita sudah bisa menikmati keindahan terumbu karang. Terletak di desa Angsana Kabupaten Tanah Bumbu Pantai Angsana merupakan sebuah pantai yang tak jauh dari spot terumbu karang yang bisa dinikmati dengan Snorkeling maupun Diving.
Sebenarnya untuk mengunjungi Pantai Angsana sudah menjadi rencana kita dari dulu bersama teman-teman Banjarmasin Traveler, namun selalu ada saja halangan yang menghadang ketika kita ingin berangkat, bahkan kita kasih julukan dengan “Pantai Kutukan” karena terlalu seringnya kegagalan untuk ke sana. Namun rencana mendadak kita akhirnya terlaksana juga, namun bukannya tanpa hambatan, beberapa jam sebelum keberangkatanpun masih ada kendala seperti belum fixnya masalah transportasi yang akan kita gunakan ke sana, naik motor atau pakai mobil.



Akhirnya pukul 3 sore kita berangkat juga kita dengan menggunakan Mobil yang disewa, hujan yang turun rintik-rintik mengiringi keberangkatan kita dari kos Anas sebagai meeting point, tak lupa kita mampir di Mini Market untuk belanja kebutuhan di sana, karena di Desa Angsana hanya ada satu buah toko kelontong.
Di Pelaihari kita bertemu dengan Ferdy yang sangat banyak membantu kita dalam trip mendadak kali ini, dan 5 jam berikutnya kita lalui dengan ngemil dan tidur di dalam mobil yang dikendarai oleh Wisnu. Sesampainya di Kecamatan Angsana kita segera menuju rumah pak Yudi untuk menyewa alat snorkling yang masih kurang, sedangkan sebagian kita meminjam dari Fakultas Perikanan Unlam. Namun yang di cari sedang tidak ada dan kita memutuskan untuk mencari tempat makan malam. Berdasarkan petunjuk dari ibu yang punya warung bahwa warung yang termurah di daerah situ adalah yang bernama Rudolvo, ketika kita cari ternyata itu adalah sebuah cafe yang cukup unik untuk kawasan kota kecamatan, dengan menu yang “aneh-aneh” karena namanya yang panjang dan ada juga sebuah komik bautan tangan yang bertempel di meja.
Setelah makan kita kembali ke Rumah Pak yudi dan kebetulan waktu itu beliau sedang mempersiapkan alat-alat untuk diving karena ada tamu yang datang untuk Diving besok harinya. Setelah mengambil alat snorkeling kita segera menuju pantai Angsana, saya ikut dengan Ferdy naik motor untuk menuju Pantai untuk mengurangi penumpang di dalam mobil, karena kita bertambah dua orang teman dari Batulicin yaitu Aris dan Ricky, kita pertama kali bertemu ketika kita bersama-sama ke Teluk Tamiang. Namun untuk menuju Pantai kita harus melalui perkebunan Kelapa Sawit yang sangat luas, bahkan teman-teman yang naik mobil sempat tersesat. Apalagi di malam hari sama sekali tak ada penerangan di jalan, hanya mengandalkan penerangan dari lampu depan di motor kita, beberapa kali kita menunggu mobil mereka datang bahkan sampai salah mengikuti mobil orang lain dan kita langsung balik lagi ke perempatan untuk menunggu mereka.
Akhirnya kita sampai juga di Pantai Angsana, namun di sana sangat sepi dan gelap karena tak ada PLN yang masuk, padahal hanya berjarak beberapa kilometer dari pembangkit listrik di Asam-asam. Kita segera membersihkan Posko Sahabat Laut yang akan kita gunakan untuk menginap karena tak ada penginapan di sini. Lalu kita santai menikmati malam di ujung dermaga, tampak ada beberapa orang yang sedang memancing, langit yang pada mulanya mendung perlahan-lahan menjadi penuh bintang menambah kyahduan malam di Angsana, di kejauhan terlihat kerlap-kerlip lampu dari bagang dan para nelayan yang sedang mencari ikan.
Alarm pun berbunyi dan kami segera bergegas bangun dan menuju dermaga di depan posko untuk menyaksikan matahri t erbit. Pukul 7 pagi kapal yang kami sewa sudah datang hingga kita langsung bersiap-siap dan segera berangkat, untuk sarapan pun kita lakukan di atas kapal untuk menghemat waktu.
Spot yang akan kita datangi pertama kali adalah Karang Kima, hanya sekitar 30 menit dengan kapal dari dermaga. Tempat ini berupa karang yang pada saat air laut surut akan timbul ke permukaan laut, begitu juga dengan spot yang lain, tidak ada pulau dengan pasir putihnya, hanya taman terumbu karang yang dangkal dan sebagian menjadi karang yang kelihatan di permukaan laut ketika sedang surut.
Tak menyia-nyiakan waktu kita segera menyeburkan diri ke laut dan segera berenang untuk menikmati alam bawah laut di sini, namun di sini kita tidak menemukan banyak ikan dan karangnyapun sebagian banyak yang rusak, setelah puas kita segera melanjutkan ke spot yang lainnya yang diberi nama Batu Anjir, namun di sini kurang lebih seperti spot yang sebelumnya, banyak karang yang rusak karena dulunya daerah ini dimanfaatkan oleh para petani untuk mencari ikan dan karena kurangnya kesadaran mereka membuat terumbu karangnya banyak yang rusak.
Kita naik ke perahu dan memutar sedikit spot batu anjir ini, karangnya semakin surut dan mulai membentuk pulau yang semuanya terdiri dari karang, namun disini lah spot yang paling bagus menurut saya, terumbukarannya warna-warni serta ikannya banyak, bahkan ikan nemo atau nama kerennya Clone fish adalah hal yang tidak sulit untuk di temui, mereka menari-nari diantara anemon sambil menatap saya, seakan-akan berkata “saya cantik kan??”.
Semakin siang lautnya semakin dangkal, sehingga kita harus berenang berhati-hati. Namun bagi saya disinilah sensainya bersnorkling di tempat yang dangkal kita harus waspada untuk tidak menyentuh karang supaya tidak merusak karang yang butuh waktu lama untuk tumbuh di samping juga untuk menghidari dari luka yang bisa diakibatkan oleh karang yang tajam.
Baberapa teman menderita luka kana karang yang tajam, dan rata-rata lukanya di lutut dan kaki karena ketika berenang kaki mereka menyentuh karang yang dangkal, dan untungnya saya sendiri Cuma sedikit goresan di jempol tangan saya karena menyantuh karang ketika mengayuh tubuh saya. Di Batu Anjir ini kita berenangnya mengelilingi gosong karang yang semakin timbul, bahkan kita kesulitan untuk kembali saking dangkalnya.



Setelah puas kita beristirahat di atas perahu dan menuju spot selanjutnya yang ditunjukan oleh yang punya perahu, namanya Anak Karang Kima, karena tempat ini dekat dengan tempat kita pertama kali snorkeling tadi, setelah kita terjun ternyata di sini karangnya sehat-sehat namun monoton hanya satu jenis saja yaitu karang keras yang bercabang-cabang sehingga kurang menyenangkan untuk dinikmati, di sini saya akhirnya juga cidera ketika saya menyelam lebih dalam dan berbalik badan hingga belakang saya menyentuh karang, lumayan juga terasa gak perih, namun untungnya masih terlindungi oleh baju yang saya kenakan sehingga tidak fatal, saya juga merasa bersalah karena setelah saya lihat lagi di tempat tadi ada beberapa karangnya yang patah.
Di Anak Karang Kima kita hanya sebentar, dan kita memutuskan untuk kembali ke Karang Kima namun di bagian sebelah yang belum kita datangi sebelumnya. Kita kembali mengelilinya seperti ketika di Batu Anjir tadi, di sini memang karangnya banyak yang rusak namun ternyata banyak ikan yang besar, bahkan ketika kaya di antara terumbu karang saya dikelilingi oleh ikan kecil yang banyak tanpa harus menaburkan makanan atau roti, di beberapa karang yang terlihat juga kerang yang sedang bersembunyi, tapi lebih kecil dari kerang yang saya makan ketika di TN Komodo.
Hari semakin tinggi ketika memutuskan untuk menyudahi pertualangan kita bersama ikan-ikan cantik di bawah laut, di samping perut yang mulai terasa dangdutan kita juga harus kembali secepatnya kembali ke Banjarmasin. Perjalanan pulang kita ditemani oleh langit yang cerah dan biru, pantainya terlihat begitu luat dan cantik sehingga membuat saya tak sabar untuk mengabadikannya.
Untuk menuju pantai kita harus menyebur ke air terlebih dahulu, tidak seperti ketika kita berangkat air sedang pasang dan kita bisa langsung naik dari dermaga. Untuk membilas badan kita harus mencari sumur warga, karena belum ada kamar mandi umum di sana, memang ada yang baru di bangun namun masih belum berfungsi, akhirnya ferdy memberi tahu bahwa ada sumur warga yang bisa kita gunakan untuk mandi, walau harus berjalan ke ujung kampung yang penting bisa mandi.
Setelah mandi ternyata makan siang sudah tersedinya, sambalnya begitu nikmat hingga nasi bungkus dengan lauk ikan bakar itu segera berpindah ke dalam perut saya. Waktu yang tersisa tidak saya sia siakan untuk bernarsis ria di dermaga dan melihat-lihat desa, ternyata hanya sekitar 15 rumah yang ada di desa ini, dan semuanya menghadap ke arah laut sehingga walau semua rumah terbuat dari kayu karena tertata jadi sedap untuk dipandang.
Kembali ke Banjarmasin merupakan waktu untuk istirahat di dalam mobil, karena lebih lama tidur daripada bangun membuat perjalanan menjadi tidak terasa. Dan kamipun akhirnya tiba di Banjarmasin sebagai pedanda bahwa trip kali ini telah berakhir.

7 komentar

Adi Murdani said...

gampang banget nemu nemo gede-gede di sana..

haha...malah ada yang nekad nyentuh anemonnya...

Aini Abdul said...

Saya mau tanya2 soal Angsana, please forward me your phone no if possible. I am a couchsurfer from Palangkaraya!

cheers,
Aini

Unknown said...

Beh, sayang belum nyentuh sulawesi.

@Aini Abdul:kirim aja mas no y ke email saya : indra.st@hotmail.com atau CS saya juga ada http://www.couchsurfing.org/profile.html?id=G4SQ7VA

@chaerul: qm yang nanggung yah...:-)

Unknown said...

Langit nya cakep banget biru nya :-)

sedang mencari berbagai jenis hotel, penginapan, guest house untuk lokasi batulicin tanah bumbu bisa booking online di http://hotelbatulicin.com/