Teluk Tamiang, Keindahan yang Terlupakan (Part II)

Menyambung postingan sebelumnya tentang pertualangan kami Teluk Tamiang..
Kicauan burung di pagi hari membangunkan kita, dan tentunya hal yang wajib dilakukan ketika liburan adalah malas-malasan, ya pagi-pagi kerjaan kita udah leyeh-leyeh menikmati sejuknya udara pagi di desa Teluk Tamiang. Walau belum cuci muka kita segera sarapan dengan menu roti isi nangka, bukan selai nangka loh tapi buah nangka asli segar yang baru di petik dari pohonnya, dengan dilumuri sedikit susu coklat merupakan santapan yang sangat lezat.

Sekitap pukul 8 pagi kita segera menuju tempat pembudidaan Kerang Mutiara kembali, namun hari ini kita tidak senorkling di lokasi kemaren tapi di sekitar pulau Tanjung Kunyit dengan view terumbu karang yang lebih beragam. Kita ke sana menggunakan speedboat yang sebelumnya sudah dijanjikan oleh Pa Haji Sulaiman, kita hanya perlu mengisi bensinnya saja. Sebelum masuk ke speedboat kita terlebih dahulu ditunjukan tentang kerang mutiara, namun sayangnya yang ada hanya kerang yang sudah mati.
Dengan di kemudikan oleh Mas To boat segera melaju perlahan menuju spot snorkeling yang pertama, langit yang biru dan cuaca yang cerah menemani perjalanan kami menuju Tanjung Kunyit, Tanjung Kunyit sendiri merupakan sebuah desa nelayan yang dipisahkan oleh sedikit celah yang berarus lumayan deras, bahkan katanya ada orang yang hilang ketika mencoba berenang menyeberangi selat itu.
Ternyata di lokasi sedang bersandar sebuah yach yang membuat kami penasaran karena jarnag-jarang ada yack yang "nyasar" ke sana, namun rasa penasaran saya dengan terumbu karangnya lebih besar sehingga saya segera menceburkan diri, ternayta pemandangan bawah lautnya memang indah, terumbu karangnya lebih beragam warnanya. Namun lama kelamaan ternyata airnya bertambah keruh, kita datang ke sana dengan waktu yang kurang tepat karena air sedang pasang sehingga debit kedalaman air menjadi bertambah dalam.
Perlahan-lahan kita akhirnya semakin dengan dengan yach, kita segara merapat dan mendapat sambutan yang hangat dari pemilik kapal. Ternyata mereka suami istri dari Australia dengan anak mereka yang yang baru berumur 4 tahun, kapal mereka telah berkeliling indonesia selama kurang lebih 2 bulan dan tujuan mereka selanjutnya adalah Makassar sebelum kembali ke Australia.
Kita kembali melanjutkan perjalanan ke spot yang berikutnya, pemandangan sekitar Tanjung kunyit memang indah, di kejauhan kita bisa melihan Bagang para nelayan yang berjejer di tengah laut, tak lupa pula di dalam boat kita narsis-narsisan...he..he..Spot yang kedua terletak di sebelah pulau, dan kita melewati selat di antara dua pulau sehingga melewati perkampungan nelayan yang mempunyai desain khas nelayan di pesisir yaitu rumahnya langsung di pinggir pantai dan sebagiannya di atas air.
Setibanya di seberang pulau kita segera merapat ke pantai, sebagian teman saya aja yang jalan-jalan ke tengah pulau namun saya segera menceburkan diri, dari pinggi saya berenang sambil melihat ke bawah, mula-mulai memang tidak ada yang bagus namun semaik ke tengah ternyata karangnya semakin bagus, ada yang berwarna orange dan besar, namun ternyata di sini agak berombak sehingga kadang saya agak takut karena berenang sendirian di tengah, membayangkan seperti di film-film ada ikan yang ganas..hii..tapi untungnya dua orang teman saya ternyata menyusul juga. Setelah puas kita tidak berenang kembali ke tepian, namun di jemput dengan boat dan langsung melanjutkan perjalanan.
Namun kami tidak langsung pulang dulu, tapi mampir di kebun rumput laut milik warga untuk melihat rumput langsung ketika di dalam laut, dan tentunya tak ketinggalan untuk bernarsis-narsisan.
Snorkling trip kita masih belum berakhir, setelah beristirahat sebentar kita segera menuju spot selanjutnya dengan berjalan kaki, sesampainya di pantai kita segera meminjam jukung atau sampan kecil untuk menuju ke tengah laut yang ada terumbu karangnya, namun sayangnya di sini sebagian ada yang rusak gara-gara tertabrak oleh tongkang batu bara, ya di dekat sini memang ada sebuah pelabuhan batubara. sesungguhnya tidak pantas di dekat kawasan konservasi terumbu karang ada pelabuhan tambang, tapi begitulah nasib Kalimantan Selatan kini, pertambangan selalu dinomorsatukan...(Banyak duitnya ujar)
Di sini kita berenang-renang sambil bergantian memakai alat snorkel yang ada cuma satu. Matahari yang bersinar terik membuat kami betah untuk selalu berada di dalam air. Perairan di sini cukup dangkal sehingga ada kaki teman saya yang luka terkena terumbu karang yang tajam karena kurang berhati-hati.
Dalam perjalanan pulang kita menyisir pantai yang berpasir putih, saya membantu mendorong perahu dari belakang, namun di tengah perjalanan saya jadi asik sendiri bermain-main, berjalan sambil melihat langkah kaki saya di dalam air sehingga saya jadi tertinggal dari teman-teman.
Inilah akhir dari main-main kita di laut hari ini, kita segera kembali ke posko untuk mandi dan kemudian memanfaatkan waktu untuk beristirahat, teman saya adit ternyata berjalan ke pantai dan juga ke dermaga untuk foto-foto sedangkan yang lain leyeh-leyeh di depan beranda posko.
Soreharinya kita menuju dermaga dekat pemberangkatan kita dengan speed boat tadi, santai menikmati sore hari yang tenang di desa Teluk Tamiang sambil foto-foto dengan berbagai gaya. Ketika matahi mulai terbenam kita segera menuju ke Tempat budidaya Kerang Mutiara untuk menikmati matahari terbenan, dan kita beruntung sunset sore itu lumayan bagus sehingga kita merasa sanagt damai menikamati hari terahir kita di desa ini, ketika hari menjelang kita kita segera kembali, namun di kejauhan kita melihat kerlap-kerlip lampu dari dermaga IBT sehingga malamnya kita berencana untuk ke dermaga untuk melihatnya.
Setelah makam malam bakso ikan kembali kita mampir di rumah pak Haji Sulaiman untuk pamitan karena besok kita akan pulang pagi-pagi, kita ngobrol-ngobrol tentang banyak hal, banyak juga pelajaran yang kita peroleh dari beliau. Malam terakhir kita di Teluk Tamiang kita nikmati dengan santai di dermaga desa sambil menikmati kerlap-kerlip dermaga yang penuh lampu, ternyata memang indah, dan sayangnya kita baru mengetahuinya ketika malam terahir kita. Yang kita lakukan hanyalah duduk-duduk sambil menikmati bintang di atas dan bawa kita, di atas langit yang cerah sehingga ribuan binta saling berlomba untuk memberikan sinarnya sedangkan di bawah kita kerlap-kerlip dari makhluk air di dalam air di bawah kita. Bosan duduk-duduk kita foto-foto slow speed dengan membuat tulisan dari cahaya HP kita, bahkan membuat foto-foto yang kacau namun unik dengan bergerak-gerak ketika camera masih merekam foto. Selain kita di sini juga banyak penduduk desa yang bersantai di sini, ada yang memancing, ada yang nyanyi-nyanyi sambil diiringi gitar. Karena sudah ngantuk kita segera kembali ke posko karena besok kita akan kembali menjalani perjalan yang berat dan panjang.
Rasanya berat untuk meninggalkan Desa Teluki Tamiang, selain karena keramahan dan keindahannya dan juga karena jalan yang akan kita tempuh selanjutkan. Namun kita tetap harus kembali, karena rutinitas segera menanti di kota masing-masing. Selamat tinggal Teluk Tamiang, mudah-mudahan suatu saat kita bisa kembali ke sini..

0 komentar